Resensi Diskusi Pemuda ICMI Kota Bekasi: Simulasi Rapat Dengar Pendapat tentang Ketenagakerjaan

Pemuda ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Kota Bekasi menyelenggarakan diskusi bertema "Seputar Ketenagakerjaan Kota Bekasi"

Kegiatan Diskusi Bulanan Pemuda ICMI Kota Bekasi 5 Nov 2025

Pada tanggal 5 November 2025, Pemuda ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia) Kota Bekasi menyelenggarakan diskusi bertema "Seputar Ketenagakerjaan Kota Bekasi" di Kantor Sekretariat Pemuda ICMI. Acara ini dihadiri oleh sekitar 10 anggota dan pengurus organisasi, yang secara aktif terlibat dalam format simulasi rapat dengar pendapat (RDP). Diskusi dirancang sebagai role play, di mana peserta dibagi menjadi lima kelompok panel: Kelompok Pengusaha, Kelompok DPRD, Kelompok Eksekutif (mewakili Kementerian Ketenagakerjaan), Kelompok Serikat Buruh, dan Kelompok Akademisi (mewakili Kementerian Pendidikan). Masing-masing kelompok menyampaikan pandangan dan opini mereka terkait isu ketenagakerjaan di Kota Bekasi, seperti pengangguran pemuda, upah minimum, kondisi kerja, dan keterampilan tenaga kerja.

 


Diskusi dibuka oleh moderator, yang berperan sebagai ketua rapat, memastikan alur berjalan tertib layaknya RDP di lembaga legislatif. Setiap kelompok diberi waktu 5 menit untuk presentasi, diikuti dengan sesi tanya jawab antar-panel. Berikut adalah ringkasan simulasi rapat tersebut, yang berhasil menyoroti beragam perspektif dan potensi solusi untuk permasalahan ketenagakerjaan di kota industri seperti Bekasi.


Pembukaan Rapat

Moderator (Mabrur & Andi Ali):

"Hari ini kita simulasikan rapat dengar pendapat tentang ketenagakerjaan di Kota Bekasi. Kita akan mendengar pandangan dari lima kelompok: Pengusaha, DPRD, Eksekutif (Kementrian Ketenagakerjaan), Serikat Buruh, dan Akademisi (Kementrian Pendidikan). Mari kita mulai dengan Kelompok Kementian Ketenagakerjaan."

Pandangan Kelompok Eksekutif (Kementerian Ketenagakerjaan)

Perwakilan Eksekutif (Shamil Sundani, role play sebagai pejabat Kemenaker): "Dari sisi eksekutif, kami fokus pada implementasi kebijakan nasional di tingkat daerah. Di Bekasi, program Kartu Prakerja telah menjangkau ribuan pemuda, tapi kami akui masih ada gap antara supply dan demand tenaga kerja. Pandangan lain dari kami adalah, masyarakat juga dapat meningkatkan skill dan komptensinya di BLK seperti Cevest yang menyediakan pelatihan kompetensi untuk menambah daya saing para calon pekerja dan para pekerja. Poin lainnya, kami mendorong kolaborasi dinas tengakerja dengan serikat buruh yang diperlukan untuk mediasi sengketa, dan kami usulkan pusat pelatihan ketenagakerjaan di Bekasi untuk sertifikasi internasional, sehingga tenaga kerja kita lebih kompetitif."

Pandangan Kelompok Pengusaha

Perwakilan Pengusaha (Gorby Syahputra, role play sebagai pemilik pabrik tekstil): "Terima kasih, Pak Moderator. Dari perspektif kami sebagai pengusaha di Bekasi, ketenagakerjaan saat ini dihadapkan pada tantangan biaya operasional yang tinggi akibat inflasi dan kenaikan upah minimum Kota Bekasi (UMK) yang mencapai Rp5,1 juta per bulan. Kami mendukung investasi lebih besar di sektor manufaktur, tapi pemerintah harus menyediakan insentif pajak untuk perusahaan yang merekrut tenaga kerja lokal. Opini kami, pengangguran pemuda bisa ditekan jika ada kolaborasi dengan vokasi untuk magang berbayar. Namun, regulasi ketenagakerjaan seperti UU Cipta Kerja harus lebih fleksibel agar kami bisa bersaing dengan negara tetangga."

Pandangan Kelompok DPRD

Perwakilan DPRD (Alief dan Rizky, role play sebagai anggota komisi ketenagakerjaan): "Saya mewakili DPRD Kota Bekasi. Kami melihat ketenagakerjaan sebagai isu prioritas, terutama dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Bekasi yang masih sekitar 8-9% pasca-pandemi. Pandangan kami, DPRD akan mendorong perda (peraturan daerah) yang mewajibkan perusahaan merekrut minimal 70% tenaga kerja lokal. Pandangan kami terkait upah, kami mendukung kenaikan UMK tapi dengan syarat ada audit transparan terhadap perusahaan untuk mencegah PHK massal. Kami juga usulkan anggaran daerah untuk pelatihan skill digital bagi pemuda, agar Kota Bekasi tak lagi bergantung pada sektor buruh kasar."



Pandangan Kelompok Serikat Buruh

Perwakilan Serikat Buruh (Reza, role play sebagai ketua serikat pabrik otomotif): "Kami dari serikat buruh menyoroti eksploitasi yang masih marak di Bekasi. Upah minimum sering tak cukup untuk hidup layak, dengan biaya hidup naik tapi upah stagnan. Pandangan kami, perusahaan harus taat pada hak cuti, asuransi kesehatan, dan larangan kontrak berulang yang merugikan buruh. Opini kami, pengangguran pemuda disebabkan oleh outsourcing yang murah, jadi kami tuntut pembatasan outsourcing dan peningkatan peran serikat dalam negosiasi. Kami juga mendesak pemerintah untuk sanksi tegas bagi perusahaan yang melanggar hak buruh, agar ketenagakerjaan lebih adil."

Pandangan Kelompok Akademisi (Kementerian Pendidikan)

Perwakilan Akademisi (Sopyan, role play sebagai dosen universitas vokasi): "Sebagai akademisi mewakili Kementerian Pendidikan, kami lihat ketenagakerjaan di Bekasi butuh pendekatan pendidikan. Tingkat pengangguran pemuda tinggi karena mismatch skill; banyak lulusan SMA tak siap kerja. Pandangan kami, kurikulum vokasi harus diselaraskan dengan kebutuhan industri, seperti program diploma di bidang otomasi dan logistik. Pandangan kami, kolaborasi antara universitas dan perusahaan untuk riset dan magang wajib ditingkatkan. Kami usulkan beasiswa pendidikan vokasi bagi anak buruh, agar generasi muda Bekasi bisa naik kelas sosial melalui keterampilan berkualitas."

Sesi Tanya Jawab dan Penutupan

Setelah presentasi, sesi tanya jawab berlangsung hangat. Kelompok Pengusaha bertanya kepada Serikat Buruh tentang cara meningkatkan produktivitas tanpa kenaikan upah, sementara DPRD menantang Eksekutif soal efektivitas program Prakerja. Akademisi menekankan pentingnya data riset untuk semua pihak. Moderator menutup rapat dengan kesimpulan bahwa ketenagakerjaan Bekasi memerlukan sinergi multi-stakeholder, dan merekomendasikan follow-up aksi seperti workshop bersama.

 Secara keseluruhan, diskusi ini berhasil sebagai simulasi RDP yang edukatif, membangun kesadaran anggota Pemuda ICMI tentang kompleksitas isu ketenagakerjaan. Namun, untuk lebih impactful, saran agar diundang narasumber eksternal asli di acara mendatang. Acara ini menunjukkan komitmen Pemuda ICMI dalam berkontribusi pada pembangunan daerah melalui dialog intelektual.