Default Image

Months format

Show More Text

Load More

Related Posts Widget

Article Navigation

Contact Us Form

Close
  • Home
  • About us
  • Pengurus
  • Artikel
  • Contact us
  • Sitemap

PEMUDA ICMI KOTA BEKASI

  • Beranda
  • Aktivitas
  • Artikel
  • Pengurus

Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Membangun Kesadaran Lingkungan Melalui Muatan Lokal Pendidikan Cinta Lingkungan di Kota Bekasi

Artikel , Pendidikan   
sangkunam
Oktober 16, 2025

 Andi Ibrahim Ali 

Div Politik dan Good Governance MPD Pemuda ICMI Kota Bekasi 

Latar Belakang 

Kota Bekasi menghadapi sebuah permasalahan yang sebenarnya sudah tahunan terjadi dan sampai saat ini, permaslahan ini masih saja menjadi momok bagi masyarakat dan Pemerintah Kota Bekasi sendiri. Sudah bertahun-tahun permasalahan sampah ini menjadi hal yang sepertinya tidak terselesaikan hingga hari ini. Pemerintahan Kota Bekasi telah silih berganti kepemimpinan, tetapi tetap saja masalah sampah, pengelolaannya tidak serta merta terselesaikan. Jadi mau sampai kapan permasalahan sampah di Kota Bekasi ini? Beberapa kajian menyatakan, permasalahan pengelolaan sampah ini menjadi hal yang sangat pelik, termasuk tentang kebijakan dan tata kelola pemerintahan khususnya. 

Seperti Simanjuntak (2024) dan Ramadhan et al (2024) menyatakan, pada dasarnya kebijakan Pemerintah Kota Bekasi terkait sampah sudah berjalan, tetapi masih banyak celah yang membuat kebijakan-kebijakan tersebut tidak maksimal. Jika di tilik dari beberapa pendekatan seperti pendekatan manajemen, dan kebijakan, diakui sudah berjalan. Dengan kata lain, masih ada yang salah dari implementasi atau banyak pula yang menyatakan bahwa ini adalah masalah sumber daya manusianya (SDM) (Ramadhan et al, 2024; Simanjuntak, 2024; Ayuanyta & Herawati, 2025). 



Kesadaran besar akan lingkungan hidup menjadi penting agar generasi selanjutnya dapat memahami apa permasalahan yang ada di Kota Bekasi terkhusus masalah sampah. Kota Bekasi merupakan kota metropolitan dengan 2,64 juta jiwa penduduk dengan luas 213,12 Km2 (BPS Kota Bekasi, 2025). Dapat dibayangkan, jika menurut Kemeterian Lingkungan Hidup tahun 2020, setiap orang dapat menghasilkan 0,68 Kg – 1 Kg sampah per harinya, maka tak dapat dipungkiri, ribuan ton sampah perlu diangkut setiap harinya (Andryanto, 2021). Belum lagi masalah penumpukan sampah atau overcapacity di TPA Sumur Batu Kota Bekasi, dimana masyarakat Kota Bekasi menghasilkan 1800 ton sampah per hari yang mana akan di buang di tempat pembuangan akhir (TPA) Sumur Batu, Bantargebang. 

Masalahnya, kapasitas TPA Sumur Batu Bantargebang ini hanya sekitar 1250 ton per hari dan saat ini akibat overload, kapasitas TPA Sumur Batu tersisa hanya 5% (Kurniawaty, 2024; Akbar, 2025). Permasalahan selanjutnya Kemeterian KLHK mengancam akan menutup TPA Sumur Batu dikarenakan metode pengelolaan sampah disana masih menggunakan metode open dumping atau pembuangan terbuka yang mana dapat mencemari lingkungan. Disini penulis tidak akan bermain diranah pengelolaan sampah di TPA Sumur Batu, tetapi lebih dari itu untuk menciptakan masyarakat Kota Bekasi yang sadar sampah, yang mampu mengendalikan sampah secara mandiri dari level individu dan keluarga. 

Disini integrasi pendidikan tentang permasalahan sampah seharusnya sudah menjadi sebuah jalan keluar sebagai rencana jangka panjang Kota Bekasi bebas sampah. Perlunya penanaman nilai-nilai tentang cinta lingkungan untuk membentuk karakter masyarakat Kota Bekasi dimasa depan agar Kota Bekasi menjadi Kota yang bersih dan berwawasan lingkungan. Penulis mendorong penekanan terhadap muatan lokal pembelajaran di sekolah dasar dan menengah tentang cinta lingkungan. Muatan lokal sendiri adalah kurikulum yang di perkaya dengan materi pelajaran yang ada di lingkungan setempat, lebih spesifik lagi muatan lokal adalah materi pelajaran dan pengenalan berbagai ciri khas daerah tertentu, bukan saja yang terdiri dari keterampilan, kerajinan, tetapi jaga manifestasi kebudayaan legenda serta adat istiadat (Basari, 2014). 

Cinta lingkungan dapat diartikan atau dimanifestasikan sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Kota Bekasi dalam menciptakan penalaran dasar dan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Untuk berhadapan dengan isu sampah, pada dasarnya partisipasi masyarakat luas diperlukan, sehingga seluruh kebijakan pemerintah terkait penanggulangan sampah dapat diimplementasikan dengan baik. Tapi bagaimana jika bangunan konstruksi kesadaran masyarakat masih sangat rendah? Maka dari itu diperlukan penanaman nilai-nilai cinta lingkungan sedari dini agar masyarakat sadar akan budaya menjaga kelestarian lingkungan. Lalu apakah dengan program Sekolah Adiwiyata tidak cukup? Singkat dan mudah menjawabnya, sekolah sudah banyak yang melakukan program tersebut, tetapi masalah sampah masih saja ada. Lalu bagaimana ini seharusnya? Maka dari itu, sekali lagi, penulis mencoba mengkonstruksikan bagaimana sebuah mulok cinta lingkungan ini dapat dilaksanakan ditiap satuan unit pendidikan dengan tujuan menanamkan nilai-nilai luhur dan kesadaran akan cinta lingkungan. 

Kajian Literatur 

Penanaman nilai memang didasari banyak hal, terlebih penanaman nilai harus memiliki jalur yang tepat dan konsisten. Menurut Kirschenbaum (1992) penanaman nilai dalam institusi pendidikan harus mencakup 4 hal yaitu content, methodology, throughout the school, dan throughout the community. Content merupakan isi yang perlu diajarkan oleh sekolah tentang cinta lingkungan. Bagaimana sampah itu dipilah, diolah, apa saja sampah yang berbahaya, dimana kita membuang sampah? Bagaimana seharusnya sampah diolah agar tidak menjadi tumpukan dan mencemari lingkungan sekitar? Selanjutnya methodology merupakan siapa yang mengajarkan dan bagaimana cara mengajarnya. 

Disini guru menjadi pemeran utama dalam memerikan contoh yang baik bagaimana sekolah memiliki guru-guru yang cinta akan lingkungannya, memungut sampah yang jatuh, menciptakan prakarya dari barang bekas, melakukan konsep 3R (reduce, reuse, recycle) dan setelah itu biarkan siswa meresapi dan melakukan refleksi tentang pembelajaran yang telah dilakukan (Kirchenbaum, 1992). Cara guru menurunkan atau menyebarkan nilai cinta lingkungan perlu melalui beberapa prinsip seperti melayani (serve), menginternalisasi (internalize), dan menerapkan (apply) (Muhab et al., 2023). 

Melayani di sini berarti guru perlu menyediakan berbagai cara atau strategi dalam menyampaikan materi, misalnya dengan memeriksa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum mulai mengajar. Dalam RPP tersebut, guru akan merancang strategi dan metode penyampaiannya, termasuk nilai-nilai apa yang akan ditanamkan. Dalam tahap internalisasi, tujuannya adalah untuk membangun kesadaran berdasarkan perspektif cinta lingkungan atau pengelolaan sampah. Tahap terakhir, yaitu menerapkan, bermakna mengaitkan dengan situasi kehidupan nyata, sehingga pengetahuan tidak hanya tertanam dalam pikiran dan hati, tetapi juga diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat merasakan makna dari proses belajar tersebut (Ali, 2024). Kichenbaum (1992) tidak hanya menekankan proses didalam kelas, tetapi juga disekitaran sekolah (throughout the school). Hal ini pada dasarnya sudah tertuang dalam program sekolah adiwiyata. 

Program Adiwiyata merupakan bentuk penghargaan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota kepada sekolah yang berhasil menerapkan gerakan peduli serta berbudaya lingkungan di lingkungan pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.53 Tahun 2019, Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah merupakan upaya kolektif yang dilakukan secara sadar, sukarela, bertahap, dan berkesinambungan oleh sekolah dalam mengimplementasikan perilaku yang ramah terhadap lingkungan (Sari, 2021). Yang terakhir, Kirchenbaum (1992) juga mengatakan bahwa penanaman nilai-nilai itu tidak hanya dilakukan didalam sekolah, malah untuk siswa, hal ini wajib dilaksanakan bersama-sama dengan warga sekitar atau yang disebut throughout community. Ini menandakan, seluruh masyarakat harus hadir dalam memberikan contoh kepada siswa tentang arti cinta dan peduli pada lingkungan. Ini harus dilaksanakan oleh semua pihak tanpa kecuali. 

Dengan begitu, Kota Bekasi yang indah dan berwawasan hijau sesuai dengan janji kampanye walikota Bekasi dapat terrealisasi (Abdillah, n.d). Penanaman nilai cinta lingkungan ini dinilai harus masuk kedalam kurikulum sekolah melalui pembelajaran muatan lokal, sehingga tidak mengganggu mata pelajaran lain yang ada disekolah. Ali (2024) penanaman nilai-nilai ini sangat perlu dilakukan guna membentuk karakter masyarakat Kota Bekasi yang cinta lingkungan di kemudian hari. Meskipun ini menjadi agenda jangka panjang pemerintah Kota Bekasi, dan memiliki banyak tantangan. Methodologi Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif dilakukan untuk menjelaskan isu, fenomena, atau kasus secara deskriptif melalui catatan tertulis (Tracy, 2013). 

Kajian ini ikut menginvestigasi catatan-catatan atau dokumen kebijakan yang telah diambil oleh Pemerintah Kota Bekasi dalam menyelesaikan masalah pengelolaan sampah atau isu lingkungan lainnya dari perspektif pendidikan. Untuk menjawab pertanyaan kajian ini, pendekatan studi kasus akan digunakan karena masalah lingkungan dan pengelolaan sampah menjadi isu utama. Selain menggunakan dokumen terkait kebijakan pemerintah Kota Bekasi, journal ilmiah dan dokumen lain akan memperkuat pemahaman dan komprehensifitas dalam kajian ini. Bagian penting dalam melaksanakan suatu kegiatan ilmiah adalah menganalisis hasil dari data yang dikumpulkan pada tahap pengumpulan. Dalam penelitian ini, data dianalisis secara deskriptif berdasarkan data tekstual (Sumardi, 2011). Dengan kata lain, data deskriptif dianalisis hanya berdasarkan isinya, sehingga analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi sebagai metode interpretasi teks. 

Analisis isi merupakan teknik yang dapat digunakan untuk menelaah perilaku pemerintah maupun individu secara tidak langsung dengan menganalisis teks, buku, artikel, jurnal, laporan, surat kabar, dan berbagai jenis komunikasi lainnya (Kriyantono & Sos, 2014). Seluruh kebijakan, urutan atau kajian yang ditempuh Pemerintah Kota Bekasi akan disandingkan bersama karakteristik penanaman nilai lewat jalur pendidikan, dan satu persatu akan dikupas sehingga menjadi sebuah jalan tentang bagaiamana kurikulum cinta lingkungan ini dapat diimplementasikan dengan baik. 

Hasil dan Diskusi 

Untuk mengimplementasikan muatan lokal cinta lingkungan di Kota Bekasi, Pemerintah Kota Bekasi perlu mensinkrokan visi Kota Bekasi terhadap isu lingkungan itu sendiri. Apa yang hendak dicapai oleh pemerintah Kota Bekasi yang seharusnya dilakukan secara holistic, sehingga permasalahan lingkungan atau sampah dimasa yang akan datang dapat diminimalisir bahkan terselesaikan. Pemerintah Kota Bekasi lewat Dinas Pendidikan seharusnya mampu menterjemahkan apa yang menjadi visi besar Kota Bekasi untuk Kota Bekasi yang berwawasan lingkungan. Dan tentunya stamina perjuangan dibutuhkan untuk memaksimalkan hasil yang ingin dicapai. Menyusun perencanaan muatan lokal juga akan menyangkut berbagai sumber, pengajar, metode, media, dana dan evaluasi. 

Merencanakan bahan muatan lokal yang akan diajarkan kepada siswa antara lain dengan mengidentifikasikan segala sesuatu yang mungkin dapat dijadikan bahan muatan lokal. Memilih opsi bahan muatan lokal dengan kriteria sebagai berikut sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan siswa. Tidak bertentangan dengan Pancasila dan aturan adat yang berlaku (Basari, 2014). Penyusunan dapat dimulai dari sebuah konsep tentang pengenalan kepada siswa tentang udara yang dihirup setiap hari dari langit Kota Bekasi, mengenalkan kepada siswa bahwa alam ini merupakan ciptaan tuhan yang perlu dijaga dan dilestarikan untuk kehidupan dimasa yang akan datang. Kemudian membuang sampah pada tempatnya menjadi sebuah landasan yang sederhana namun sarat makna (Mengajari Anak Cinta Lingkungan, 2018). 

Sekolah melalui seluruh warga sekolah perlu menanamkan didalam hati untuk senantiasa membuang sampah pada tempatnya, sehingga memberikan contoh pada siswa sesuai dengan apa yang menjadi metodologi yang disampaikan oleh Kirchenbaum (1992). Selain hal pengenalan akan alam, belajar memilah sampah, membuat projek bersama guru dalam mendaur ulang sampah plastik juga dirasa mampu menjadi jalan untuk menanamkan nilai-nilai cinta lingkungan bagi siswa (Mengajari Anak Cinta Lingkungan, 2018). Menciptakan kegiatan yang menyenangkan dan berkesan bagi siswa mampu memberikan dampak yang cukup signifikan bagi siswa agar senantiasa ingat akan lingkungan. Libatkan orangtua juga lingkungan semisal memperkenalkan siswa mengenal bank sampah merupakan sebuah cara penanaman nilai cinta lingkungan yang melibatkan masyarakat sekitar. Kirchenbaum (1992) juga menitik beratkan pada pelibatan masyarakat sekitar sehingga siswa mengerti secara komprehensif tentang guna ilmu yang diajarkan disekolah. 

Mekipun demikian, guru merupakan hal penting bagi penanaman nilai-nilai cinta lingkungan di sekolah. Bagaimana tidak, guru berperan sebagai contoh nyata bagi siswa, dimana siswa menghabiskan kurang lebih 5-8 jam disekolah. Artinya kemampuan guru dalam mengintegrasikan nilai cinta lingkungan dengan pembelajaran dan perilaku sehari-hari perlu dipertajam (Ali, 2024). Rancangan kurikulum cinta lingkungan ini akan menjadi sebuah system yang terintegrasi dari visi besar pemerintah Kota Bekasi yang diturunkan menjadi sebuah kurikulum pembelajar tentang lingkungan yang dapat mengakibatkan bertumbuhnya kesadaran masyarakat, yang dimulai dari ranah pendidikan. 

Pemerintah Kota Bekasi harus memulai muatan lokal cinta lingkungan ini sedini mungkin, hingga pelajar menengah pertama karena hierarki pendidikan dibawah naungan pemerintah kota hanya sampai sekolah menengah pertama. Kesimpulan Pemerintah Kota Bekasi dirasa perlu menghadirkan muatan lokal cinta lingkungan sebagai visi jangka panjang untuk mengurangi masalah lingkungan yang ada di Kota Bekasi, sekaligus memperkuat visi Kota Bekasi untuk menjadi kota yang berwawasan lingkungan. Permasalahan sampah di Kota Bekasi juga dapat ditindak lanjuti dengan mulok cinta lingkungan dimana guru dan siswa disebuah sekolah belajar dan mengaplikasikan secara langsung bagaimana proses 3R, memilah sampah, sampah bahan berbahaya dan projek-projek pembelajaran yang tepat sasaran sehingga siswapun merasa bahwa hal ini tidak akan sia-sia dikemudian hari. 

Melalui pendekatan Kirchenbaum, untuk kurikulum cinta lingkungan, besar peluang Kota Bekasi untuk membentuk kehidupan social masyarakat kota Bekasi khususnya dalam merubah pandangan masyarakat terkait isu lingkungan. Dengan kata lain, pembelajaran mulok cinta lingkungan ini mampu mendewasakan dan menyadarkan masyarakat bahwa menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah. 

Referensi 

Abdillah. (n.d.). Pemerintah Kota Bekasi - tri harris paparkan 7 program unggulan percepatan pembangunan di kota bekasi saat paripurna. https://bekasikota.go.id/detail/tri-harris-paparkan-7-program-unggulan-percepatan-pembangunan-di-kota-bekasi-saat-paripurna

Akbar. (2025, August 26). Bekasi Selatan KOTA BEKASI. https://kec-bekasiselatan.bekasikota.go.id/. Retrieved September 26, 2025, from https://kec-bekasiselatan.bekasikota.go.id/User/berita_detail/7672

Ali, A. I. (2024). Exploring the role of integrated Islamic school network (JSIT) in inculcating its ideological values [MA Thesis, Universitas Islam Internasional Indonesia]. https://repository.uiii.ac.id/items/5c0337a4-7256-40d6-817e-8efaf084857a

Andryanto, S. D. (2021, May 9). Satu orang Indonesia hasilkan 0,68 kilogram sampah per hari, juga sampah plastik. Tempo. https://tempo.co/lingkungan/satu-orang-indonesia-hasilkan-0-68-kilogram-sampah-per-hari-juga-sampah-plastik-514563

Ayuanyta, H., & Herawati, A. R. (2025). Analisis Manajemen Penanganan Sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi. Journal of Public Policy and Management Review, 14(2), 1274-1288.

Basari, A. (2014, October). Penguatan kurikulum muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah dasar. In Seminar Nasional Ilmu Pendidikan UNS 2014. Sebelas Maret University.

BPS Kota Bekasi. (2025). Kota Bekasi dalam angka. In https://bekasikota.bps.go.id/. Retrieved September 26, 2025, from https://bekasikota.bps.go.id/id/publication/2025/02/28/14715e4465a7e2c435475d2f/kota-bekasi-dalam-angka-2025.html

Kirschenbaum, H. (1992). A Comprehensive Model for Values Education and Moral Education. The Phi Delta Kappan, 73(10). https://eric.ed.gov/?id=EJ445733

Kriyantono, R., & Sos, S. (2014). Teknik praktis riset komunikasi. Prenada Media

Kurniawaty, L. (2024, March 18). Daya tampung TPA Sumurbatu Bekasi tersisa lima persen. RRI. https://rri.co.id/daerah/596257/daya-tampung-tpa-sumurbatu-bekasi-tersisa-lima-persen#:~:text=KBRN%2C%20Kota%20Bekasi:%20Kapasitas%20Tempat,Kata%20Kunci:

Mengajari Anak Cinta Lingkungan. (2018, March 28). Retrieved October 10, 2025, from https://cimahikota.go.id/index.php/artikel

Muhab, S., Alaydroes, F., Zahri, M., Zulkarnain, F., Shintawati, Wiranto, Suhartono, Chalil, A., Mas’ud, Fikri, A., Kusumawati, E. T., Sucitro, H., Purwanto, H., Pratama, Khairunnisa, A., Ridha, A. R., Dini, S. S. T., Supriyadi, D., & Triantoro, U. (2023). Standar mutu: Kekhasan Sekolah Islam Terpadu (5th ed.). JSIT Indonesia Publishing

Ramadhan, G., Nurcahyanto, H., & Yuniningsih, T. (2024). Implementasi Kebijakan Pengelolaan Sampah di Kota Bekasi. Journal of Public Policy and Management Review, 13(3), 205-218.

Sari, A. P. (2021). Implementasi sekolah adiwiyata di sd negeri serayu yogyakarta. Jurnal PGSD Indonesia, 7(2), 17-29.

Simanjuntak, D. D. A. (2024). IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAN SAMPAH DI KOTA BEKASI (STUDI KASUS TPA SUMUR BATU). Journal of Politic and Government Studies, 13(4), 183-197.

Sumardi, S. (2011). Metodologi penelitian pendidikan.

Tracy, S. J. (2013). Qualitative research methods. Wiley-Blackwell

Artikel Pendidikan
sangkunam

Pendidikan

Visitor

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Follow Social Media

  • Instagram
All Rights Reserved by Pemuda ICMI Kota Bekasi © 2025

Social Media

  • Instagram