Bekasi — Dalam suasana penuh semangat di Aula Universitas Bani Saleh, ratusan peserta Leadership Camp 2025 Pemuda ICMI Kota Bekasi mendapat siraman inspirasi dari Jalu Priambodo, ST., MT., Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda ICMI Jawa Barat. Dalam sesi bertajuk “Ke-ICMI-an”, Jalu mengajak peserta memahami kembali sejarah lahirnya ICMI sebagai gerakan intelektual Muslim yang berperan besar dalam perjalanan bangsa Indonesia.
“ICMI bukan sekadar
organisasi, tapi sebuah gerakan kebangsaan berbasis nilai keislaman dan
kecendekiaan,” tegas Jalu di hadapan para peserta.
Dari Diskusi Kampus ke Gerakan Nasional
Jalu menceritakan bahwa
embrio ICMI berawal dari diskusi mahasiswa Universitas Brawijaya,
Malang. Sejumlah tokoh muda kala itu seperti Erik Salman, Ali Mudakir, dan M.
Zaenuri menggagas perlunya wadah bagi cendekiawan Muslim di tingkat nasional.
Mereka kemudian menemui sejumlah tokoh intelektual Islam, hingga akhirnya
bertemu dengan Prof. B.J. Habibie, yang kemudian bersedia memimpin wadah
tersebut setelah mendapat restu Presiden Soeharto.
Lahirnya Pemuda ICMI
Dalam paparannya, Jalu
juga menjelaskan bahwa Pemuda ICMI memiliki akar sejarah dari Masika
ICMI (Majelis Sinergi Kalam) yang didirikan pada 8 Oktober 1993. Kemudian,
melalui Munaslub 17 September 2022, Masika resmi berganti nama menjadi
Pemuda ICMI sebagai tindak lanjut Muktamar ICMI 2021.
“Perubahan nama ini bukan sekadar administratif, tapi langkah strategis untuk
memperkuat sinergi dan peran kepemudaan dalam tubuh ICMI,” ungkapnya.
Pemuda ICMI, lanjut Jalu,
hadir dengan misi memperkuat ethos keilmuan, iman, taqwa, dan karya kaum
muda Muslim Indonesia. Anggotanya berasal dari kalangan berusia 20–50 tahun
yang memiliki semangat mencerdaskan dan memajukan bangsa dengan nilai-nilai
Islam dan keilmuan.
Menumbuhkan Spirit Kecendekiaan
Di hadapan para peserta Leadership Camp, Jalu
menekankan bahwa menjadi bagian dari Pemuda ICMI bukan hanya soal organisasi,
tetapi tentang komitmen membangun diri dan lingkungan.
“Kita perlu melahirkan
generasi muda yang bukan hanya cerdas, tapi juga berkarakter dan beretika.
Itulah ruh ke-ICMI-an yang harus terus dijaga,” tuturnya.
Penutup
Sesi yang dibawakan Jalu Priambodo ini menjadi
salah satu momen paling reflektif dalam Leadership Camp 2025. Melalui
kisah sejarah dan nilai perjuangan ICMI, para peserta diajak memahami bahwa
menjadi cendekiawan Muslim berarti turut memikul tanggung jawab moral dalam
memperbaiki bangsa, sesuai semangat yang dulu diusung oleh Prof. B.J. Habibie.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar