Menelusuri Akar dan Spirit Ke-ICMI-an: Pesan Inspiratif dari Jalu Priambodo di Leadership Camp 2025

Dalam paparannya, Jalu juga menjelaskan bahwa Pemuda ICMI memiliki akar sejarah dari Masika ICMI (Majelis Sinergi Kalam) yang didirikan pada 8 Oktober

Bekasi — Dalam suasana penuh semangat di Aula Universitas Bani Saleh, ratusan peserta Leadership Camp 2025 Pemuda ICMI Kota Bekasi mendapat siraman inspirasi dari Jalu Priambodo, ST., MT., Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda ICMI Jawa Barat. Dalam sesi bertajuk “Ke-ICMI-an”, Jalu mengajak peserta memahami kembali sejarah lahirnya ICMI sebagai gerakan intelektual Muslim yang berperan besar dalam perjalanan bangsa Indonesia.

“ICMI bukan sekadar organisasi, tapi sebuah gerakan kebangsaan berbasis nilai keislaman dan kecendekiaan,” tegas Jalu di hadapan para peserta.

Dari Diskusi Kampus ke Gerakan Nasional

Jalu menceritakan bahwa embrio ICMI berawal dari diskusi mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang. Sejumlah tokoh muda kala itu seperti Erik Salman, Ali Mudakir, dan M. Zaenuri menggagas perlunya wadah bagi cendekiawan Muslim di tingkat nasional. Mereka kemudian menemui sejumlah tokoh intelektual Islam, hingga akhirnya bertemu dengan Prof. B.J. Habibie, yang kemudian bersedia memimpin wadah tersebut setelah mendapat restu Presiden Soeharto.



Pada
7 Desember 1990, di Malang, secara resmi berdirilah Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dengan B.J. Habibie sebagai ketua umumnya. Sejak itu, ICMI memainkan peran strategis dalam pembangunan bangsa, termasuk dalam pendirian Bank Muamalat Indonesia dan lahirnya media Islam nasional seperti Harian Republika.

Lahirnya Pemuda ICMI

Dalam paparannya, Jalu juga menjelaskan bahwa Pemuda ICMI memiliki akar sejarah dari Masika ICMI (Majelis Sinergi Kalam) yang didirikan pada 8 Oktober 1993. Kemudian, melalui Munaslub 17 September 2022, Masika resmi berganti nama menjadi Pemuda ICMI sebagai tindak lanjut Muktamar ICMI 2021.
“Perubahan nama ini bukan sekadar administratif, tapi langkah strategis untuk memperkuat sinergi dan peran kepemudaan dalam tubuh ICMI,” ungkapnya.

Pemuda ICMI, lanjut Jalu, hadir dengan misi memperkuat ethos keilmuan, iman, taqwa, dan karya kaum muda Muslim Indonesia. Anggotanya berasal dari kalangan berusia 20–50 tahun yang memiliki semangat mencerdaskan dan memajukan bangsa dengan nilai-nilai Islam dan keilmuan.

Menumbuhkan Spirit Kecendekiaan

Di hadapan para peserta Leadership Camp, Jalu menekankan bahwa menjadi bagian dari Pemuda ICMI bukan hanya soal organisasi, tetapi tentang komitmen membangun diri dan lingkungan.
“Kita perlu melahirkan generasi muda yang bukan hanya cerdas, tapi juga berkarakter dan beretika. Itulah ruh ke-ICMI-an yang harus terus dijaga,” tuturnya.

Penutup

Sesi yang dibawakan Jalu Priambodo ini menjadi salah satu momen paling reflektif dalam Leadership Camp 2025. Melalui kisah sejarah dan nilai perjuangan ICMI, para peserta diajak memahami bahwa menjadi cendekiawan Muslim berarti turut memikul tanggung jawab moral dalam memperbaiki bangsa, sesuai semangat yang dulu diusung oleh Prof. B.J. Habibie.

Posting Komentar